Senin, 24 Januari 2011

Strategi Melakukan Penyuluhan Pertanian untuk Petani “Kecil”

Diperlukan strategi bagaimana melakukan penyuluhan? Perlu dipahami bahwa kegiatan penyuluhan tujuan akhirnya adalah menumbuhkan ketangguhan petani sebagai pelaku utama dalam pembangunan pertanian. Untuk itu harus kita pahami terlebih dahulu tentang siapa itu petani dan jalur apa yang harus digunakan untuk membina dan mengembangkan petani.


Masih banyak para Penyuluh Pertanian yang kurang memperhatikan dan memahami tentang pengertian ”petani” sehingga seringkali pengertian petani diterjemahkan ke dalam bahasa inggris menjadi farmer yang sebenarnya sangat berbeda sekali dengan petani yang dalam arti peasant. Farmer adalah gambaran yang diberikan oleh AT. Mosher (1984) yaitu petani yang berperan sebagai : juru tani, pengelola dan anggota masyrakat. Gambaran tersebut mengungkapkan bahwa farmer adalah petani pengusaha, yang menjalankan usaha pertanian sebagai suatu perusahaan, sehingga untung rugi senantiasa menjadi pertimbangan di dalam menjalankan usahanya dan memproduksi hasil pertanian dengan orientasi pasar.
Hal tersebut berbeda jauh dengan pendapat Dr. Samsi Hariadi dari UGM Yogyakarta, ia melukiskan peasent yaitu petani kecil sebagai produsen pertanian, menguasai lahan sempit dengan orientasi produksi untuk mencukupi kebutuhan keluarga, bersifat subsistem.
Kita maklumi bersama bahwa sebagian besar petani di Indonesia merupakan petani ”kecil” yang sebagian besar hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau subsisten, sehingga lebih sesuai disebut dengan ”peasant” akan mengedepankan semboyan ”safety first” atau dahulukan selamat. Hal ini tentu saja petani kecil (peasant) merupakan orang yang hidupnya dalam kondisi ”terendam air sampai sebatas leher”, sehingga apabila ada sedikit goyangan ombak, maka dia akan tenggelam.
Dengan demikian orang yang sedang terendam air sampai sebatas leher yang diperkirakan hanyalah satu, yakini ”dahulukan selamat” yang penting selamat dahului.
Studi tentang kehidupan petani kecil ini menjadi lebih jelas, petani kecil lebih suka memilih meminimalkan resiko daripada memaksimalkan keuntungan, kecuali petani tersebut sudah berada di atas landasan substansi yang kokoh.
Dapat dipahami mengapa petani kecil ”peasant” lebih memilih berusaha tani tanaman pangan, rasionalitas mereka tidak mengijinkan tanaman komersial yang membahayakan substansi mereka, kecuali mereka sudah terpenuhi kebutuhan – kebutuhan subsistensinya. Perkembangan teknologi baru, peralihan dari produksi subsisten ke produksi komersial hampir selalu memperbesar resiko. Sementara ini, petani senantiasa diarahkan menuju petani tangguh merupakan komponen pertanian tangguh.
Dengan memahami peengertian type – type petani tersebut, maka seorang Penyuluh Pertanian diharapkan dapat mendiskripsikan keberadaan petani di wilayah binaannya.
Apakah binaan petaninya, termasuk peasant, farmer atau petani tangguh.
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan petani di Indonesia adalah ”peasant” yang memiliki karakteristik khas. Peasant adalah petani kecil yang lahan pertaniannya sempit dengan hasil usahatani yang sebagian besar untuk keperluan keluarga, bersifat tradisional. Sedangkan, farmer adalah petani pengusaha yang menjalankan usaha tani secara perusahaan, dan biasanya memiliki lahan luas karena hasil pertaniannya untuk konsumsi pasar.
Oleh karena itu, peran seorang Penyuluh Pertanian adalah merubah ”peasant” menjadi ”farmer”, dari petani yang orientasi hasilnya unutuk memenuhi kebutuhan hidup dirubah orientasi hasil untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Berarti juga merubah moral petani ”safety first” menjadi ”profit oriented”.
Dalam era globalisasi dan revitalisasi sekarang ini, permasalahan yang dihadapi petani tidak hanya cara budidaya atau penanaman, tetapi juga bagaimana memanaj, bagaimana cara menjual hasil, dimana hasil dapat dijual dan bagaimana pula pangsa pasarnya.
Karena itu, sangat besar peranan Penyuluh Pertanian dalam mempersiapkan keberadaan petani kita menjadi petani tangguh. Penyuluhan tidak hanya budidaya saja, melainkan harus berorientasi agribisnis. Dengan demikian, tampak materi yang bermuatan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sementara itu, menurut Sosrodiharjo (1995) masyarakat tani sebenarnya sudah mengetahui ekonomi uang, tetapi belum menguasai
bagaimana cara ”memutar” uang, artinya tidak mengerti cara-cara melakukan investasi modal karena ternyata uang sangat terbatas yang berada di desa. Dengan demikian permasalahan perbankan juga merupakan hasil yang perlu disuluhkan kepada masyarakat tani.
Jalur untuk Melakukan Penyuluhan
Penyuluhan Pertanian dalam melakukan penyuluhan pertanian harus kritis. Sikap kritis ini dimunculkan dalam bertindak dan bersikap untuk mendiskripsikan bahwa petani sebagai manusia, petani sebagai juru tani dan petani sebagai pengelola. Dari komponen ini secara rinci dapat diuraikan :
Petani sebagai Manusia
Memandang petani sebagai manusia dapat ditelusuri kedudukannya selaku pribadi, selaku anggota keluarga dan selaku anggota masyarakat. Petani selaku pribadi selalu memiliki rasa, karsa dan cipta yang mendorong untuk berpikir, bercita-cita serta yang menuntutnya untuk selalu berusaha, bekerja dan berkreasi. Hal ini berguna untuk mempertahankan dan menjamin kelangsungan kehidupannya serta untuk dapat mencapai tingkat kesejahteraan lahir dan batin yang dinilai lebih memuaskan.
Petani sebagai manusia juga adalah sebagai anggota keluarganya. Sebagai kepala keluarga, petani merupakan pemimpin atau pengelola (manager) tatalaksana rumah tangga. Petani mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mendukung setiap usaha guna memperbaiki kesejahteraan keluarganya, sekaligus mempunyai hak untuk menyampaikan keinginan-keinginannya.
Dalam hubungan ini, kegiatan penyuluhan pertanian perlu untuk selalu memperhatiakn ciri-ciri rumah tangga petani sebagai berikut :
a. Usahatani adalah bagian salah satu cabang usaha didalam keluarga untuk memperoleh pendapatan, sehingga kegiatan penyuluhan pertanian harus dipusatkan untuk menigkatkan pendapat keluarga dan perluasan kesempatan kerja bagi keluarganya.
b. Rumah tangga petani umumnya bersifat demokratis, artinya setiap tindakan yang dilakukan oleh anggota keluarga harus memperoleh kesepakatan dan persetujuan segenap anggota keluarga. Karena itu kegiatan penyuluhan pertanian harus disampiakan kepada segenap anggota keluarga, tidak hanya kepada petani selaku
kepala keluarga saja. Petani sebagai manusia umumnya terikat pula oleh ikatan masyarakat lingkungan. Masyarakat merupakan sumber kesentosaan petani yang menolong dalam menghadapi masalah-masalah kritis dan membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan usahatani dan kerumahtanggan yang lain.
Untuk itu setiap langkah kegiatan petani diperlukan persetujuan sosial terlebih dahulu, seperti tradisi, adat istiadat, agama, kepercayaan, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembinaan dan penyuluhan hal-hal tersebut tidak boleh diabaikan.
Petani sebagai Juru Tani
Petani sebagai juru tani berperan mangatur, melaksanakan, mengawasi dan memelihara tanaman, ternak maupun ikan agar memberikan manfaat yang lebih tinggi bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Petani sebagai juru tani memerlukan keterampilan fisik.Dengan demikian metode penyuluhan yang dipergunakan dalam pengembangan pertanian perlu memperhatiakn kondisi petani tersebut, misalnya dengan demonstrasi
plot/farm, kursus-kursus, karyawisata dan sebagainya.
Petani sebagai Pengelola
Petani selaku pengelola dalam usahatani sangat memrlukan keterampilan dan kecerdasan otak untuk memilih berbagai alternatif pengambilan keputusan seperti menentukan jenis tanaman, ternak atau ikan yang diusahakan. Keterampilan petani sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran atau otak, kesediaan untuk mengambil keputusan, melaksankan keputusan dan bertanggung jawab atas keputusannya. Selaku pengelola, petani punya rasa tanggung jawab penuh dan ingin dianggap mampu menghadapi tantangan. Disamping itu karena rasa harga diri maka sering kali tidak mau digurui oleh siapa pun, apalagi oleh kalangan yang tidak dikenalnya. Dengan demikian seorang Penyuluh Pertanian harus mampu menempatkan petani sebagai kawan sekerja dalam meningkatkan kesejahtteraan petani.
Upaya menumbuhkan ketangguhan petani dapat dicapai melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan, namun yang amat penting adalah merubah sikap mental ini mendasari tingkah laku.
Pada akhirnya upaya penumbuhan ketangguhan petani ini akan berhasil dengan baik apabila dibarengi pula dengan peningkatan kinerja Penyuluh Pertanian. Peningkatan kerja yang jelas dan terukur serta terarah adalah kerja keras seorang Penyuluh Pertanian dalam membuktikan darmanya guna globalisasi yang sudah tak terbendung ini.
Karena itu dimasa sekarang dan yang akan datang tugas Penyuluh Pertanian tidak ringan karena harus mampu merubah petani ”peasant” menjadi ”farmer” yang berjiwa wira usaha. Kondisi sosiologis masyarakat pedesaan seperti pola kehidupan nyang sebagian besar ”peasant” interaksi didalam masyarakat desa dan dengan luar desa, bahkan dengan pihak-pihak luar negeri merupakan kondisi sosiologis yang harus dipahami Penyuluh Pertanian agar dapat mewujudkan petani tangguh di era globalisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR

Arsip Blog

Entri Populer

VIDEO