Senin, 21 Februari 2011

BERTANI ALTERNATIF BUNGA KOL (Brassica oleracea) PADA DATARAN RENDAH

            Di Kecamatan Lenteng khusus Desa Banaresep Barat biasanya petani menanam tegalnya dengan tanaman jagung, kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah di musim penghujan (MH) dan menanam tanaman tembakau di musim kemarau. Selama ini komoditi yang biasa ditanam secara  ekonomi kurang menguntungkan terutama tanaman tembakau selain adanya perubahan iklim yang kualitas tembakau yang dihasilkan jelek disamping itu harga tembakau yang tidak berpihak kepada petani, harga tembakau cenderung ditentukan oleh pedagang (bandul/pabrikan) posisi tawar petani sangat lemah.

  
            Bunga kol (Brassica oleracea) merupakan tanaman dataran tinggi seperti tanaman kubis dan sekarang sudah dapat ditanam di dataran rendah begitu pula dengan cara budidayanya. Kelebihan tanaman Bunga kol lebih mudah perawatannya misalnya masalah OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) pengendalianya terutama ulat dan umurnya lebih pendek (± 50 hari setelah semai) dibandingkan kubis
            Budidaya tanaman hortikultura dalam hal ini Bunga Kol (Brassica oleracea) salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani. Salah satu petani di Dusun Solok Barat Desa Banaresep Barat yaitu Samsul Arifin (Kelompok Tani Al Mudzakirin) dengan bermitra dengan PPL (THL TB PP) menanam bunga kol Brassica oleracea ternyata berhasil. Dalam budidaya bunga kol pemupukan menggunakan Bokashi, ZA, NPK (Phonska/Pelangi) & pupuk daun sehingga tidak tergantung pada pupuk urea yang biasanya pada musim tanam keberadaannya sangat langka dan harganya diatas HET (Harga Eceran Tertinggi), Tanaman Bunga Kol cenderung lebih tahan terhadap hujan sehingga sangat cocok untuk ditanaman waktu musim penghujan asal air tidak menggenang selain itu menghemat tenaga kerja untuk penyiraman. Sistim penanaman menggunakan bedengan 80 cm dengan ketinggian 15 cm dan jarak tanam 40 x 60 cm
            Masalah Aspek Pemasaran Bunga Kol (Brassica oleracea) yang ada di pasaran sumenep biasanya mendatangkan dari Malang, Probolinggo, Jember sesampai di sumenep melalui rantai perdagangan yang panjang sehingga berpengaruh terhadap harga dan kesegeran produk sehingga bunga kol yang ditanaman oleh Pak Samsul Arifin sangat bersaing baik harga maupun kesegaran produknya selain itu bunga kol yang ditanama pak Samsul mempunyai karakter yang berbeda dengan bunga kol yang dari jawa yaitu bunganya lebih besar tetapi tidak berat di timbangan sehingga sangat disukai baik oleh pedagang maupun konsumen terutama catering makanan. 
            Masalah dan tatangan budidaya tanaman bunga kol di sumenep
1.    Segmen pasar sangat terbatas terutama masalah serapan produksi bunga kol tdk terlalu banyak hanya pada waktu musim hajatan serapannya tinggi makanya diperlukan memasyarakatan menu makanan bunga kol
2.     Daya tahan / daya simpan bunga kol sangat pendek ± 4 hari sehingga dalam budidaya bunga kol harus disesuaikan kemanpuan serapan pasar dan perlu adanya penggunaan teknologi pasca panen yang memadai untuk mempertahankan / memperlama kesegaran produk
 By R. Iskandar Zulkarnaen, SP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR

Entri Populer

VIDEO