Selasa, 26 April 2011

MENGATASI KEONG MAS DENGAN PENGELOLAAN AIR

Aris Pramudia

Pengantar

Dalam dua tahun terakhir ini, beberapa surat kabar mengemukakan tentang gangguan hama keong mas yang menyerang tanaman padi yang masih muda mulai dari Sumatera, Jawa hingga Papua. Sejumlah petani di Kecamatan Palas, Lampung Selatan harus mengulang tanam hingga beberapa kali karena padinya diserang hama keong mas pada musim tanam rendeng akhir tahun 2008 (Lampung Pos, 15-12-2008). Di Kabupaten Aceh Besar dan Banda Aceh, petani diperkirakan sempat tidak menikmati hasil panen karena setelah tiga hari terendam banjir bandang, puluhan ribu hektar tanaman padi mereka digerogoti keong mas (Gatra.com, 01-12-2000). Memasuki musim tanam pertama 2008, hama keong mas menyerang 31 ha tanaman padi di beberapa Kecamatan di Kabupaten Purworejo, dan mengancam 3.126 ha sawah lainnya di tiga kecamatan yang menjadi langganan hama keong mas, di antaranya Kecamatan Purwodadi, Ngombol, Bagelen dan Bayan (Radar Yogya, 17 -12-2008). Begitu juga di Pekalongan, sedikitnya sekitar 80 hektare lahan sawah produktif di wilayah Pekalongan, Jawa Tengah, terancam serangan hama keong mas (Kompas.com, 30-11-2008). Serangan hama keong mas juga mengganggu upaya percepatan tanam di musim tanam gadu yang dilakukan petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon (Pikiran Rakyat online, 22-04-2009). Masih ada lagi berita dari daerah Klaten, Pati dan kota-kota lainnya.

Tak hanya di Pulau Sumatera dan Jawa yang dikenal sebagai lumbung padi nasional, keong mas (Pomacea canaliculata) atau keong murbei pun bermasalah di Manokwari, Papua. Meskipun hidup leluasa di rawa dan danau, keong mas identik dengan hama yang menyerang hamparan padi muda.

TEKNOLOGI PANEN HUJAN: SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DOMESTIK


Oleh: Nani Heryani

Pendahuluan
 
Pada abad 21, sumberdaya air telah menjadi isu utama di seluruh dunia, terutama di daerah perkotaan yang sedang berkembang di negara-negara berkembang. Air bersih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan air minum makin langka dan harus dibayar dengan mahal. Untuk meningkatkan pengembangan sumberdaya air secara berkelanjutan dalam mengatasi kelangkaan air untuk keperluan rumah tangga, pemanfaatan air hujan merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh.
Saat ini persaingan penggunaan air makin terasa karena adanya peningkatan kebutuhan air untuk berbagai sektor. Sampai saat ini kebutuhan air pertanian (untuk keperluan irigasi) memegang porsi paling besar yaitu 79% dari total kebutuhan air, untuk sektor lain seperti domestik mencapai 11%, industri 5%, dan perkotaan 5%. Pada tahun 2020 diperkirakan akan terjadi peningkatan kebutuhan air untuk keperluan domestik mencapai 17%, sementara untuk sektor perkotaan meningkat mencapai 10% yang membawa konsekuensi penurunan porsi air untuk sektor lain.

Keadaan akan semakin sulit karena terjadi distribusi air yang tidak merata akibat kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dan menurunnya daya tampung air terutama di musim kemarau. Menurunnya kapasitas lahan dalam menyimpan air mengakibatkan hujan yang turun sebagian besar ditransfer menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit sekali yang mengisi cadangan air tanah. Indikatornya terlihat dari karakteristik debit puncak yang tinggi dengan waktu respon DAS yang singkat, yang dapat mengakibatkan resiko banjir di hilir, sementara pada musim kemarau sebagian besar penduduk merasakan kesulitan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas antara lain melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya air, baik dari sisi penggunaannya maupun penyediaannya. Implementasi program tersebut antara lain dapat dilakukan melalui sistem pemanenan air hujan untuk penyediaan air domestik (keperluan rumah tangga dan perkotaan).

Entri Populer

VIDEO