Anomali cuaca memukul produktivitas cabai dalam negeri. Sekitar 40 persen dari 120 ribu hektare lahan pertanian cabai nasional mengalami gagal panen di akhir tahun 2010. Akibatnya, pasokan si buah pedas ke pasaran terganggu dan harga pun merangkak naik.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Hasanuddin Ibrahim, mengatakan, hujan yang terjadi sepanjang 2010 mengakibatkan tanaman-tanaman cabai kelebihan air sehingga busuk dan gagal panen.
Busuknya tanaman cabai tak terlepas dari benih yang digunakan petani. Saat ini, varietas benih cabai petani Indonesia umumnya adalah varietas yang tidak tahan hujan. “Sehingga mudah gagal panen kalau kelebihan air,” ujar Hasanuddin di sela-sela acara Workshop Perbenihan Hortikultura, di Jakarta, Kamis (6/1).
Guna menanggulangi potensi gagal panen di tengah situasi anomali cuaca, Kementerian Pertanian siap meluncurkan benih varietas baru yang tahan terhadap hujan. “Mudah-mudahan bulan Mei ini sudah bisa kita rilis,’’ ujar Hasanuddin.
Setidaknya ada empat jenis varietas cabai tahan hujan yang sudah dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Hortikutura Kementerian Pertanian, yakni Lembang I, Lembang II, Tanjung, dan TM-999.
“Keempat varietas ini lebih tahan hujan dengan tingkat produktivitas 0,8 ton sampai satu ton per hektare,” terang Hasanuddin. Hasanuddin yakin, dalam waktu dua tahun setelah diluncurkan, empat varietas baru cabai yang lebih tahan hujan dapat menjawab masalah gagal panen akibat anomali cuaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMENTAR