SURABAYA(SINDO) – Ironis.Predikat sebagai provinsi lumbung pangan nasional tak membuat para petani di Jawa Timur makmur.
Penghasilan mereka ternyata paling rendah di antara para petani di Pulau Jawa.“Rata-rata nilai tukar petani (NTP) Jatim hanya 99,2%. Padahal, semua petani di Jawa sudah di atas 100%,” ungkap Ketua Komisi B DPRD Jatim Renville Antonio kemarin. NTP petani di Jabar mencapai 101,27%, petani Jateng 102,07%, petani Banten 102,7%, bahkan petani Yogyakarta sebesar 113%.Dari rata-rata NTP itu bisa disimpulkan bahwa pendapatan petani di Jatim tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidup. Fakta ini memang berbanding terbalik dengan hasil produksi pangan untuk mereka dalam memenuhi target swasembada pangan.
Penghasilan mereka ternyata paling rendah di antara para petani di Pulau Jawa.“Rata-rata nilai tukar petani (NTP) Jatim hanya 99,2%. Padahal, semua petani di Jawa sudah di atas 100%,” ungkap Ketua Komisi B DPRD Jatim Renville Antonio kemarin. NTP petani di Jabar mencapai 101,27%, petani Jateng 102,07%, petani Banten 102,7%, bahkan petani Yogyakarta sebesar 113%.Dari rata-rata NTP itu bisa disimpulkan bahwa pendapatan petani di Jatim tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidup. Fakta ini memang berbanding terbalik dengan hasil produksi pangan untuk mereka dalam memenuhi target swasembada pangan.
Seluruh kebutuhan seperti beras dan gula selalu surplus setiap tahun.“ Namun, anggaran pertanian pada 2011 juga tidak berpihak pada mereka. Dari kekuatan APBD Jatim,sektor pertanian hanya kecipratan 2–3%,”tuturnya. Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim Arif Hari Setiawan menambahkan, total APBD 2011 di sektor pertanian sebesar Rp268 miliar dari kekuatan APBD Jatim yang sekitar Rp10 triliun.“Kami berharap ada upaya yang serius dalam mengangkat hajat hidup para petani di Jatim,” tuturnya menegaskan. Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jatim itu juga memaparkan, jumlah secara keseluruhan angkatan kerja yang ada di Jatim sebanyak 50% berada di sektor pertanian.
“ Karena itu, butuh banyak perhatian dan keseriusan dalam mengangkat martabat mereka,” sambungnya. Sementara itu,Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan, Pemprov Jatim berkeinginan menjadikan Pusat Perdagangan Agrobisnis (Puspa Agro) yang berlokasi di Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, dengan luasan lahan 50 hektare menjadi model percontohan pasar induk modern skala nasional. Keberadaan Puspa Agro juga ditujukan untuk memberikan ruang bagi petani dalam meningkatkan kesejahteraan.“Mereka bisa menjual hasil panennya di sana secara langsung,” tutur Pakde, panggilan akrabnya.
Pakde juga mengakui bahwa fasilitas yang kini tengah dibangun manajemen PT Jatim Graha Utama sebagai pengelola Puspa Agro diyakini bisa dijadikan model pasar induk modern untuk skala nasional. “Puspa Agro sejak awal memang didesain tidak hanya sekadar pusat perdagangan layaknya pasar induk biasa saja. Namun, akan dilengkapi sejumlah fasilitas penunjang. Di lahan 50 hektar itu akan diisi wahana wisata, balai penelitian, pendidikan dan pengembangan, termasuk laboratorium uji mutu dan tempat lelang komoditas,” pungkasnya. (aan haryono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOMENTAR