Senin, 20 Desember 2010

Dua Pilihan untuk Petani Tembakau

Pemerintah memberikan dua alternatif kepada petani tembakau. Alternatifnya mengembangkan tembakau untuk bahan baku non rokok seperti biofarmaka atau mengubah usaha budidaya ke tanaman lain
“Untuk saat ini tidak ada alternatif lain bagi petani tembakau selain menjadikan tembakau sebagai bahan baku non rokok dan mengubah usaha tani menjadi non tembakau,” kata  Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi kepada wartawan usai pembukaan Sinkronisasi Program Pembangunan Pertanian Nasional di Jakarta, Selasa (22/6).
Salah satu alternatif menjadikan tembakau sebagai bahan baku non rokok yakni sebagai bahan baku industri biofarmaka. Universitas Gajah Mada (UGM) bersama petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah sudah mengadakan kerjasama melakukan ekstraksi nikotin dari tembakau. “Ekstraksi tembakau ini ternyata mendapatkan permintaan cukup besar dari pasar dunia,” ujarnya.
 
Sedangkan untuk alternatif kedua, pemerintah mendorong petani untuk usaha budidaya tanaman lain seperti hortikultura, kopi dan ternak. Namun demikian Bayu mengakui, tidak mudah mengalihkan petani ke tanaman lainya. Kendalanya, dari sisi agroklimat dan kondisi lahan ternyata tidak semua lahan tembakau cocok untuk budidaya tanaman lain.
“Kendala lainnya usaha tanaman lain tidak seuntung tembakau dan petani tidak terbiasa menanam komoditi lain,” ujar mantan Deputi bidang Kelautan dan Pertanian, Kantor Menko Perekonomian itu.
Bayu mengakui, saat ini memang tidak mungkin menangkal lagi isu kesehatan yang terkait dengan rokok. Secara riil argumennya sangat kuat dan hasil studi bahwa rokok membahayakan kesehatan sudah sangat banyak. “Jadi dari sisi kesehatan tidak mungkin dipertanyakan lagi,” tegasnya.
Namun dari sisi Kementerian Pertanian, pemerintah harus menyelamatkan petani tembakau.  Karena itu kini pemerintah mendorong petani tembakau untuk mengembangkan kreatifitas sendiri, seperti petani tembakau di Temanggung. Hal ini sangat terkait dengan kondisi agroklimat masing-masing wilayah tembakau. Misalnya, tembakau di Temanggung berada di dataran tinggi, sedangkan di Nusa Tenggara Timur dan Madura berada di dataran rendah.
Sementara itu Direktur Tanaman Semusim, Ditjen Perkebunan, Agus Hasanuddin mengatakan, pemerintah sejak dua tahun lalu sudah mencoba memberikan alternatif usaha tani lain kepada petani tembakau. Misalnya, tanaman wijen, kopi dan tanaman hortikultura. Namun di lapangan masih menghadapi kendala seperti kebiasan petani dan nilai keuntungan dari usaha tanaman lain. “Jadi memang kita tidak bisa memaksakan petani menanam suatu komoditi,” ujarnya. (Julian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR

Arsip Blog

Entri Populer

VIDEO